Sekujur Entah Di Sudut Jalan Ke-5
Tentang nyeriku, malam sahabat akrab dalam bagian hidup, dan doa tak hati kulempar pada waktu, hari menitipkan kabar pada angin, namun kabar itu menggelitik geli, sunyi, sampai nadi berdendang kencang memukul-mukul malam, agar rindu tak terlalu kalut menahan dingin-nya sikapmu.
Sekejap detik masih menghijab aku dan kau, patah perasaan mengelilingi ruh jiwaku yang kini menyaksi kekalutan tentang sejarah hati, tapi nasib ini, tetap menggantung pada timbangan angkuh cintamu, kenyataan, semakin hari semakin nyeri, semakin ngeri kurasa sendiri.
Tapi! Walau hati ini nyeri, kan kutulis beribu TAFSIR-TAFSIR KAU lewat PUISI-PUISI ENTAH, berisi perasaan rindu. Untukmu demi kesucian cinta, kutuluskan jiwa dan demi kesaksian ruh jauhku memujamu.
Entah Satu
Entah menatah resah…
Kau.
Lahirkan entah ini,
Menjaringku jujur tentang perasaan
Namun kejujuran terkadang menyakitkan
Di setiap belokan menjadi doa-doa entah.
Kini, kutelusuri lorong cintamu, tapi sunyi kudapatkan
Namun hati semakin Kukuh meninggi, mengurai gelap, membedah tulusmu
lengkap kenyatan membengkak kecewa
Hari-hari menyuapku lebih bisu
Karma mata jiwa takmau kehilangan sapa, senyumu…
Entah Dua
Kini kutau…
Kini kutau, kabar burung tentang secuil kisahmu
Waktu yang lewat, menusuk ranah jiwaku, sampai raga lelah terkapar semu
Pada entah, kukailkan harapan padamu
Dan, kau menjadi puja pada doa-doa di ruh jauhku
Kini kuhijrah pada setipis senyumu
Kuharap kau, jangan acuhkan perasaanku
Jangan kau malu, apalagi hindari aku
Senyummu tetap sebagai dasar tafsirku
Tetap__
Kuingin kau mengerti,
Sebab cinta, mengakar jauh, menusuk erat nurani ini,__
sebab hati menitifkan lisan, pada bibir untuk bersikap jujur
Menunggu ikhlasmu, tak ada kata terlanjur
Entah Tiga
Harus kau tau,
Harus kau ketahui, kabar tentangmu yang hinggap ditelingaku
Tapi, tak kuperdulikan, apa kata mereka, Kau harus tau__
Mereka, ceritakan seulas jejak-jejak kecil, mencaci maki tentangmu
Tapi, aku tak mau tau!...
Taukah kau,
Secepat senyummu menjadi rantai kekokohan penantianku
Agar kejujuran, ketulusan, rindu, dan harapan ini, tak liar
Dan…
Kutunggu tulusmu, bersenggama dengan cintaku
Bisakah?__
Cinta tulusmu hanya untuk diriku.___
Mungkin?...
Atau, Entah?...
Kusandarkan padamu!__
Entah Empat
Pada bumi yang dicintai
Lembaran-lembaran hati tetap tertulis nyeri
Menangkap makna meringkus sepi
Dirimu pecahkan kebekuan ini
Sependek cerita, tentang udara
Aku, kau, dan mereka, masih takut dengan kehilangan harapan.
Semua itu, sebenarnya sepi kosong.
Tapi, kalut, kadang datang menghibur sekujur tubuh nyeri melengkapi sunyi…
Tersenyumlah, ungkapan halus yang timbul dari penatnya makna
Tenanglah seulas tulus pastidatang mencabut belenggu yang sudah tak tahan lagi menahan retaknya penantian, dalam tafsir-tafsir entah.
Entah Lima
Aku tak perduli!...
Kau, kalian, dan mereka
Menertawakan penuh
Pada diri ini, yang mencintaimu penuh
Dengan tulusku, aku tetap akan bertahan, walau sampai terkapar,
Meski Cintaku, menepuk-nepuk dada, dengan sebelah tangan kebisuan.
Entah Enam
Aku____
Membisu…
Menampa senyummu beku
Tertusuk duri mimpi, guratan luka bertambah nyeri
Bersit-bersit perih menyayat dada ini,
Hingga air mata, banjiri bumi yang becek
dengan rintih dan pedih sigembel
Dan__
perasaan yang tak sampai. Kini tetap tertahan
Bagaikan dedaun didekap erat embun,
Menyimpan berjuta butir-butir air
Pada pagi dilengkapi mendung.
Dipergantian musim.
Mengawur entah, tabu
Tentangmu semu.
Entah Tujuh
Sekujur entah.
Sekujur entah ini keluh
Menapak pondasi merangkai bangunan puisi dijauh hati
Pada sepetak tanah kering, rengat oleh kepedihan
Dan jejak-jejak berlubang, dijalan berbelok-belok jauh
Sampai hati terlalu haus mengubur diam
Meneguk keringat malam, sambil mengusap pipi bertetesan air mata.
Saat rinduku, mengambil bayangmu penuh.
Entah Delapan
Tentang aku merangkak-rangkak
Meraduh aduh persaan,
Sepi tampamu, dan kukepak-kan sayap-sayap, lara hening tentangmu
Lalu kemanalagi kuselipkan gundah ini
Karena, gelas-gelas kosong diatas meja telah habis kupecahkan
Dan kemana lagi harus kubuang sampah-sampah rindu__
Karena, tong-tong sampah disetiap pojok telah dibungkus bisu
Sampai jengkalan kalimat jauh menafsir ayat-ayat tentang diri-nya.
Merangkum kisah, yang suatu saat akan abadi dalam putaran abad
Dan, mungkin kau lebih tau dariku__
Bahwa hidup ini selalu menyisihkan tanya.
Menyisakan tanda. Tanya,,,,,,,,.?
Entah Sembilan
Kunisbahkan diri pada sepercik cahaya cinta
Pada sekuntum bunga yang hidup sekejap mata
Dari jauh, kucium harum-nya
Sepercik air dan doa kutitifkan pada angin,___
Lalu, sampaikanlah salam cinta, dari sigembel ini, bilang kini aku menunggu, gila-semakin gila, mecium harum wewangi aura-nya.
KAU,KAU, KAU……………………………………………………………………………………
KAU________,
Entah Sepuluh
Sabda doa untuk tuhan kecil
Tuhan kecil itu dirinya,
Sambil sila kuputarkan tasbih__
Nyeri kutumpuk menjadi doa-doa
Kata kususun menjadi paragraf penantian
Pada keretas-keretas kosong kehampaan
Wahai, tuhan kecilku, bisakah kau Kabul doa-ku
Atau kau muak dengan ruku dan sujudku ini, yang bersejadahkan lembaran-lembaran keretas berlukiskan puisi-puisi keluh, yang kau tak mengerti.
Tapi, kuharap kau membacanya lagi berulangkali,
Dan kuharap kau mengerti.
Dan, aku, akan tetap sila menunggu tuhan kecil
Menghitung doa-doaku,Dalam singga sananya.
Dengan teramat sangat kuberharap,-
sepercik cinta dia berikan padaku.
Ammin.
Bandung 18-12-2006
Selengkapnya......