Monday, July 2, 2007

Konwil

Konwil Ke-19 PII Kalsel
Abdul Hadi

Dinamisasi sebuah organisasi merupakan wujud nyata demi terciptanya mekanisme kerja yang sistematis dan memberikan ruang gerak yang kompetetif di setiap eselon struktur kepengurusan dalam membangun suasana yang kreatif dan inovatif. Landasan ini didasari oleh semakin melemahnya dinamika organisasi yang menuntut kita untuk mencari format lain dalam menyikapi kemandekan wacana dan informasi. Sementara itu, kompleksitas persoalan sosial yang menjadi bidang garap PII berkembang pesat mengikuti arus perubahan yang terjadi. Hal ini menuntut kita untuk terus menerus melakukan penyempurnaan dan penyesuaian dalam mekanisme gerakan, sehingga dapat mengikuti dinamika perubahan, yang akhirnya dapat memberikan ‘pelayanan’ yang terbaik pada ummat, khususnya bidang garap PII yaitu pelajar.

Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) Kalimantan Selatan sebagai wadah organisasi Pelajar di bumi Lambung Mangkurat selama dua tahun terakhir ini terus melakukan gerakan-gerakan guna meresponi kondisi yang terjadi serta mencoba membuat terobosan-terobosan yang diharapkan mampu membuat perubahan-perubahan di tengah masyarakat menuju sebuah perubahan social dan budaya bahkan menuju sebuah revolusi peradaban.

Merujuk pada pemikiran-pemikiran di atas serta sesuai aturan main yang dimiliki oleh Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) Kalimantan Selatan maka forum Konferensi Wilayah ke-19 PII Kalsel sudah menjadi kebutuhan dan keharusan untuk dilaksanakan yang diharapkan mampu terus mengevaluasi kinerja gerakan secara wilayah dan selanjutnya melakukan penyempurnaan dan penajaman gerakannya.

Konferensi Wilayah ke-19 Pelajar Islam Indonesia (PII) Kalimantan Selatan yang merupakan forum tertinggi di institusi wilayah pada kali ini mengambil tema "Optimalisasi Peran Pelajar Sebagai Subjek Revolusi Peradaban". Diharapkan dari Konwil ke-19 PII Kalsel ini dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran serta terobosan terobosan baru yang dapat memformat kembali gerakan PII ke depan khususnya di wilayah Kalimantan Selatan sehingga PII sebagai organisais pelajar dapat meningkatkan perannya dalam "melayani" kebutuhan pelajar pada khususnya dan umat Islam pada umumnya.

Kami dari panitia pelaksana Konferensi Wilayah ke-19 Pelajar Islam Indonesia (PII) Kalimantan Selatan mengharapkan kepada seluruh aktivis PII Kalimantan Selatan agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut yang Insyaallah akan dilaksanakan pada tanggal 4-6 April di kota Marabahan, Barito Kuala. Kami juga mengundang kepada seluruh aktivis PII dan Keluarga Besar PII Kalimantan Selatan agar dapat berhadir pada acara pembukaan Konwil Ke-19 PII Kalsel pada tanggal 4 April 2003, pukul 16.00 di Aula Selidah Marabahan. Untuk informasi Konwil dapat menghubungi Sekretariat Panitia: Jl Bumi Mas No 131 Banjarmasin Telp (0511) 273827.

Terakhir, kami dari panitia pelaksana memohon kepada seluruh kaum Muslimin dan Muslimat agar memberikan do’a restu kepada kami,mudah-mudahan apa yang kami lakukan dapat bermanfaat bagi kemajuan Islam demi tegaknya Izzul Islam wal Muslimin. Amien Yaa Rabbal ‘Alamien.

Abdul Hadi
Ketua PII

Selengkapnya......

Harba PII (8)

"Negara Gagal, Masyarakat Harus Bangkit "
Suara Merdeka

SEMARANG- Masyarakat Indonesia harus bangkit menolong diri sendiri. Negara tidak lagi bisa diharapkan untuk menyejahterakan rakyatnya, karena beban yang terlalu besar.

''Negara kita makin lumpuh akibat terlalu banyak beban. Tanpa formula penyelesaian yang tepat, dalam beberapa tahun ke depan kita akan kolaps. Indonesia akan terhindar dari kehancuran kalau masyarakat mampu bangkit untuk menolong diri sendiri,'' kata pakar pemerintahan Prof Dr M Ryaas Rasyid MA di Semarang, Sabtu (3/2) malam.

Dia berbicara selaku ketua umum Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (Perhimpunan KB PII) Pusat di depan peserta Muswil III Perhimpunan KB PII Jateng di Hotel New Metro. Dikatakan, beban negara di saat krisis sekarang menjadi terlalu besar karena selama ini sektor negara terlalu dominan.

''Semua tergantung pada negara, masyarakat tidak punya inisiatif, sehingga negara makin lumpuh ketika banyak masalah yang harus diselesaikan,'' kata mantan Menteri Negara Otonomi Daerah itu.

Ketua Asosiasi Ilmu Pemerintahan Indonesia (AIPI) itu menyebutkan ciri-ciri negara yang mendekati kegagalan.

Yaitu kekayaan sumber daya (resources) yang tidak terkelola dengan baik, program-program pemerintah yang salah sasaran, dan birokrasi yang terlalu gemuk sehingga tidak lincah bergerak untuk mengatasi masalah.

Problem terbesar Indonesia dalam jangka pendek, lanjutnya, adalah besarnya jumlah rakyat miskin yang mencapai 100,6 juta jiwa atau hampir separo dari jumlah penduduk.

Lalu, jumlah penganggur mencapai 20 juta. Sementara kebijakan negara bergerak seperti tanpa arah, investasi rendah, dan sektor manufaktur mandek.

Beban negara menjadi semakin berat dengan fakta tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Indonesia (60 persen) yang hanya tamat SD.

Akibatnya Indonesia sudah mulai tertinggal dengan Malaysia dan Filipina.

Untuk mengatasinya, katanya, selain diperlukan formula solusi yang tepat dan ''revolusi'' di bidang pendidikan, masyarakat juga harus mampu memobilisasikan dirinya agar bangkit.

Hasil Muswil

Ia meminta para anggota ormas yang dipimpinnya ikut mendorong kebangkitan masyarakat dan tetap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah.

Muswil yang sekaligus reuni para mantan aktivis PII itu berlangsung dua hari, 3-4 Februari. Pada sidang pemilihan Minggu pagi kemarin, para utusan pengurus cabang se-Jateng secara aklamasi memilih H Ahmad Zaini Bisri SE sebagai ketua umum/ketua formatur Pengurus Wilayah Perhimpunan KB PII Jateng periode 2007-2010.

Wartawan Suara Merdeka itu menggantikan ketua lama Drs H Achmadi yang menolak untuk dicalonkan kembali.

Dalam tahap pencalonan sebenarnya muncul dua nama kandidat. Calon lain adalah Drs H Ahmad Fadlil Sumadi SH MHum. Namun pejabat di Mahkamah Konstitusi (MK) ini selain tidak berdomisili di Semarang, juga hanya diusulkan oleh satu cabang sehingga dinyatakan gugur.

Dalam pidatonya, Zaini Bisri mengajak jajaran KB PII Jateng agar berperan sebagai perekat umat Islam. Para eks aktivis PII, katanya, harus berdiri di tengah dan bergerak netral di antara kelompok-kelompok umat Islam. (H7,A11-60)

Selengkapnya......

PII

Miftah, ”PII tidak Buka Mulut”
Pikiran Rakyat

BANDUNG, (PR).-Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PKB PII) Jabar sebaiknya tetap konsisten melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar di segala bidang. Karena dakwah amar makruf nahi mungkar merupakan kewajiban bagi setiap Muslim dan sekarang ini ada kecenderungan sebagian Muslim tidak melaksanakannya secara baik.

Demikian dikemukakan penasihat PKB PII Jabar Dr. K.H. Miftah Faridl dalam acara silaturahmi Idulfitri PKB PII Jabar, di Masjid Al Ihsan Darul Hikam, Jln. Ir. H. Juanda Bandung, Sabtu (28/12).


K.H. Miftah Faridl mengatakan sejak didirikannya pada 48 tahun silam, para aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) dikenal militan dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar, baik ketika menghadapi rezim Orde Lama maupun Orde Baru. Tatkala Orde Lama, PII menjadi bulan-bulanan Partai Komunis Indonesia (PKI). Di kala masa Orde Baru, PII dibubarkan karena menolak asas tunggal Pancasila.

"Tetapi, anehnya pada zaman reformasi, ketika orang lain mulai berani buka mulut, ternyata PII tidak buka mulut," ujar K.H. Miftah Faridl.

Dikemukakannya, bila upaya amar makruf nahi mungkar sudah berakhir atau dianggap tidak layak dilakukan, itu bermakna dunia sudah berakhir. Maksudnya, dunia ini sudah kiamat, sedangkan kemungkaran akan ada sepanjang kehidupan jagat raya ini.

Seraya mengutip firman Allah SWT dan sabda Rasulullaah SAW, K.H. Miftah Faridl mengatakan umat Islam itu akan mendapat status khairu ummah atau umat terbaik apabila mampu memelihara budaya amar makruf nahi mungkar. Demikian halnya sabda Rasulullah menyatakan manusia terbaik di mata Allah adalah manusia yang paling banyak melakukan silaturahmi dan manusia yang istiqomah dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Pada bagian akhir ceramah tausiah-nya, K.H. Miftah Faridl mengatakan dalam alam reformasi sekarang ini, kondisi belum berubah ke arah yang lebih baik. Bahkan, dalam beberapa sektor kehidupan, kondisi lebih buruk dibandingkan pada zaman Orde Lama dan Orde Baru. Oleh karena itu, sebagai Muslim yang pernah terlatih dalam organisasi dan budaya militan PII, hendaknya tidak pernah surut dalam perjuangan menegakkan amar makruf nahi mungkar sesuai posisi dan kapasitas masing-masing.

Mediator-katalisator

Sementara itu, salah seorang pengurus PKB PII Jabar Ir. H.D. Sodik Mudjahid, M.Sc., mengatakan PKB PII Jabar hendaknya segera menetapkan fokus garapannya serta perannya secara baik. Untuk itulah PKB PII Jabar perlu menjadi mediator dan katalisator berbagai kekuatan, terutama di bidang politik. Karena, hal itu didasarkan pada kenyataan banyaknya sebaran aktivis PII yang kini menjadi tokoh dan kader di berbagai parpol.

"Dengan begitu, diharapkan keberadaan mereka di parpol dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi umat dan bangsa Indonesia demi izzul Islam wal Muslimin," tuturnya.

Selain itu, PKB PII Jabar perlu tetap bersikap konsisten melaksanakan pendidikan dan pengkaderan dalam meningkatkan mutu SDM, caranya ialah melalui berbagai bidang dan bentuk kegiatan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan historis misi awal PII serta faktor strategis bidang sumber daya manusia (SDM), seperti banyaknya kader PII yang mengelola lembaga pendidikan.

"PKB PII Jabar perlu membentuk semacam komite penegak amar makruf nahi mungkar yang melakukan pemantauan dan aksi pencegahan tindakan mungkar baik yang terjadi di eksekutif, legislatif maupun di tengah masyarakat," tutur Sodik Mudjahid. (A-44)**

Selengkapnya......

harba PII (7)

Kepemimpinan & Manajemen IPDN Harus Segera Dibenahi
Tim Independen Serahkan Rekomendasi ke Presiden Senin Ini
Pikiran Rakyat

BANDUNG, (PR).-Rekomendasi tim independen untuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dijadwalkan akan diserahkan ke Presiden RI, Senin (21/5) ini. Berdasarkan hasil evaluasi, tim merekomendasikan tiga hal fundamental yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan pendidikan di IPDN, yaitu kepemimpinan, manajemen, dan sistem pendidikan.

”Kami dijadwalkan bertemu presiden besok (21/5), untuk menyampaikan rekomendasi tersebut,” kata Ketua Tim Independen untuk IPDN, Ryaas Rasyid, usai mengikuti acara peringatan Hari Bangkit (Harba) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) ke-60, di gedung Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam (PPPG IPA), Jln. Diponegoro, Minggu (20/5).

Mengenai isi rekomendasi tim independen yang tebalnya mencapai 70 halaman tersebut, Ryaas tidak banyak berkomentar.

Namun, kata dia, tim independen tidak menyarankan pembubaran IPDN. ”Tidak ada usul yang mengarah kepada pembubaran IPDN,” ucapnya.

Ryaas mengaku tidak akan berkomentar panjang lebar soal isi rekomendasi sebelum rekomendasi tersebut disampaikan kepada presiden. ”Secara prinsip, saya tidak bisa kasih tahu sebelum presiden menerimanya. Masa, orang lain tahu lebih dulu dari Beliau. Yang pasti, kami memberi waktu dua tahun untuk mengaplikasikan rekomendasi tersebut,” ujarnya.

Meski begitu, Ryaas menyebutkan tiga hal fundamental yang perlu dibenahi di IPDN. Ketiga hal itu, lanjut dia, memiliki keterkaitan satu sama lain. ”Semua peristiwa di IPDN terjadi karena adanya kegagalan kepemimpinan, manajemen, dan sistem pendidikan,” katanya.

Tidak akan terulang

Bila semua rekomendasi yang diberikan tim independen dilaksanakan, Ryaas menjamin peristiwa kekerasan, apalagi hingga menelan korban jiwa, tidak akan terulang lagi di IPDN.

Perubahan sistem kepemimpinan di IPDN juga akan berpengaruh kepada pejabatnya, yang nanti akan diputuskan presiden.

Selama melakukan analisis lembaga IPDN, Ryaas mengaku tidak mendapat banyak kesulitan, sehingga waktu satu bulan dinilai telah cukup untuk menghimpun semua informasi yang dibutuhkan.

”Awalnya mereka memang sedikit bungkam. Tapi menjadi terbuka, setelah mereka menyikapi kejadian kemarin (kasus kematian praja Cliff Muntu - red) sebagai yang terakhir kali terjadi, dan mereka tidak lagi menoleransi kesalahan,” ujarnya.

Mengenai kabar, posisi dosen IPDN Inu Kencana akan ditingkatkan, menurut Ryaas, masalah itu tidak menjadi urusan tim. ”Itu diatur oleh intern mereka, tim independen tidak mencakup soal itu.”

Begitu pun soal pelaksanaan sensus mahasiswa yang dilakukan jajaran IPDN pekan lalu, Ryaas menegaskan, hal tersebut bukan bagian dari tugas tim independen. ”Itu hanya tugas internal sehari-hari saja untuk mengetahui berapa persisnya jumlah mahasiswa yang tinggal,” kata Ryaas. (A-158)***

Selengkapnya......

Harba PII (6)

Pilkada Langsung Lompatan Demokrasi
Suara Merdeka

JEPARA- Bangsa Indonesia sudah sepakat untuk menempuh pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat sejak Juni 2005. Pilihan ini hendaknya disikapi secara konsisten, jangan mau kembali ke model pemilihan lama oleh parlemen, karena langkah tersebut merupakan lompatan demokrasi.

''Di negara-negara maju yang mengklaim sebagai negara paling demokratis pun, pemilihan langsung oleh rakyat masih merupakan cita-cita,'' kata Sekretaris Umum Pengurus Wilayah Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (Perhimpunan KB PII) Jateng, H Ahmad Zaini Bisri SE di Jepara, Rabu (31/5).


Hadir Asisten I Sekda Drs Poniman, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Heri Purwanto yang juga tokoh KB PII Jepara, anggota PII dan KB PII, sejumlah kepala SMP dan SMA, serta perwakilan OSIS.

Dijadikan Evaluasi

Berbicara dalam acara Peringatan Hari Bangkit (Harba) Ke-59 PII di Cafe Madani Kalinyamatan, Zaini Bisri yang juga wakil ketua Mapilu-PWI Jateng mengatakan, kalaupun ada kekurangan dengan pelaksanaan pilkada langsung hendaknya dijadikan evaluasi untuk perbaikan.

''Sejauh ini ada dua kelemahan pokok pilkada langsung, yaitu munculnya kapitalisasi dan jaminan kualitas kepala daerah terpilih,'' kata mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Diponegoro ini.

Biaya pilkada yang mahal, katanya, ternyata tidak selalu menjamin kualitas kepala daerah yang terpilih. Ia mencontohkan gonjang-ganjing Pilkada Kabupaten Pekalongan, calon yang menang ternyata masih menghadapi ujian moral terkait foto-foto porno.

Zaini selanjutnya berpesan kepada seluruh anggota KB PII di Jepara untuk ikut mengkondisikan Pilkada Jepara yang fair, aman, damai, dan berkualitas. Anggota PII juga diingatkan agar jangan eksklusif, melainkan pluralis, sehingga mampu berperan dalam pembinaan masyarakat pelajar.

Bupati Hendro Martojo meminta anggota PII dan KB PII untuk mengambil peran strategis dalam pembangunan Jepara. ''Banyak bidang yang memerlukan partisipasi masyarakat, karena itu saya berharap agar anggota PII dan KB PII ikut berperan dalam pembangunan daerah Jepara,'' katanya dalam sambutan yang dibacakan Asisten I Sekda Drs Poniman. (A14-29)

Selengkapnya......

harba PII (5)

Indonesia Jangan Jadi Kuli Bangsa-Bangsa Di Dunia
klik ini

Banjarmasin ( Berita ) : Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII), A.Hakam Naja mengingatkan semua elemen dan komponen bangsanya agar jangan menjadi kuli di antara bangsa-bangsa dunia.

“Untuk itu sejak dini kita harus menyiapkan generasi bangsa kita mendatang agar lebih berkualitas serta bisa kompetitif pada masa mendatang,” ujarnya pada Hari Bangkit (Harba) ke-60 PII Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan 2007 di Banjarmasin, Minggu [14/05] malam.


Perasiapan generasi bangsa dimaksud antara lain dengan terus berupaya meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dari tingkat dasar hingga lanjutan sampai perguruan tinggi.

Hakam yang juga Wakil Ketua Komisi X DPR-RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) itu mengaku miris melihat perkembangan dan kepedulian bangsa-bangsa lain dalam hal pendidikan pada kurun waktu beberapa tahun belakangan ini.

“Sebagai contoh kalau dulu Malaysia banyak mengirim orang untuk studi di Indonesia, seperti di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, tapi kini terbalik yaitu kita yang berguru ke negeri jiran tersebut,” ungkapnya.

Dalam contoh tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR yang juga membidangi pendidikan itu mengungkap perbandingan angka-angka, seperti di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, warga negara Indonesia (WNI) yang studi tercatat 2.500 orang, sementara Malaysia 5.000 orang.

“Warga Malaysia yang studi di negeri ‘piramit’ itu semuanya atas biaya pemerintah negara mereka, tapi bagaimana Indonesia,” lanjut salah seorang Ketua Pengurus Pusat Keluarga Besar PII tersebut dengan nada menyindir.

Begitu pula WNI yang studi di Amerika Serikat (USA) tercatat 17.000 orang, sedangkan dari negeri jiran Malaysia yang menimba ilmu di negeri “Paman Syam” itu tercatat 50.000 orang.

“Oleh sebab itu, ke depan harus lebih serius menyiapkan SDM generasi bangsa untuk menghadapi persaingan bangsa-bangsa internasional. Karenanya insya Allah secara bertahap kita kirim pelajar studi keluar negeri dengan jumlah besar,” tandasnya.

“Karena sekarang saja Indonesia sudah kemasukan tenaga ahli dari asing, seperti bidang kedokteran dan ilmu-ilmu sosial lainnya,” demikian Hakam.

Memberikan sambutan Sekda Kalsel, Drs.H.Muchlis Gafuri serta Walikota Banjarmasin, H.A. Yudhi Wahyuni yang pada pokoknya menekankan arti pentingnya pendidikan bagi generasi muda bangsa.

Oleh karena itu, kedua petinggi Kalsel dan Banjarmasin tersebut minta PII untuk senantiasa konsiten dalam menimba ilmu guna peningkatan mutu SDM ke depan yang pernuh dengan berbagai tantangan.

Harba ke-60 PII Kalsel yang berlangsung di Aula Kayuh Baimbai Pemko Banjarmasin itu, juga mendapat hiburan kesenian daerah Madihin oleh pasang Jumairi dan M.Said Adani (ayah dan anak) juara I festival Madihin se provinsi tersebut tahun 2006.

Lantunan syair madihin dari Said yang baru selesai kelasa VI sekolah dasar itu membuat gelak tawa pengunjung, termasuk tamu dari Ibukota Negara Jakarta. ( ant )

Selengkapnya......

Harba PII (4)

PII Tetap Netral
Taufiqur Rahman

Alhamdulillah, Pelajar Islam Indonesia (PII) telah merayakan hari bangkit (harba)-nya yang ke-58 pada 4 Mei 2005 lalu. Ini merupakan momentum untuk menentukan tolak ukur perjuangan PII yang selalu eksis dan memberikan kontribusi positif dalam ranah pendidikan dan kebudayaan. Orientasi perjuangan PII sejak dicanangkan dalam mencetak generasi yang mampu berkompetisi di segala lini, perlu dipertahankan dari virus kepentingan.

Di balik keberadaan organisasi ini, mesti ada prinsip yang ditanamkan kepada seluruh kader agar pada suatu saat nanti menempati posisi sterategis di segala aspek kehidupan. Alumni PII, harus mengaplikasikan nilai perjuangan dengan tetap memegang teguh idealismenya seperti pada saat menjadi aktivis PII. Bukan sebaliknya menggadaikan idealisme demi kepentingan sesaat.

Kebanggaan sebagai seorang kader terkadang menyeruak ke permukaan sehingga secara bombastis memanfaatkan peluang untuk merayakannya. Indikasi ini yang kami tengarai dalam menanggapi ucapan selamat oleh pasangan calon gubernur dan calon walikota (Ismet Ahmad - Habib Aboe Bakar Al-Habsy; Yudhi Wahyuni - Alwi Sahlan; Sabri Noor Herman - Amanul Yakin; Edwan Nizar - Suripno Sumas) selama dua hari (BPost, 4 dan 5 Mei).

Ucapan selamat yang mereka berikan, kami rasa bukan klaim untuk menegaskan PII beserta alumni dan kadernya wajib mendukung. Kami sangat bangga dan berterima kasih kepada mereka atas respon positif terhadap perayaan Harba PII tahun ini. Semoga ini adalah bukti komitmen mereka sebagai keluarga besar PII untuk sama-sama mewujudkan kemajuan pendidikan dan kebudayaan. Sebagaimana termaktub dalam falsafah gerakan PII, yaitu kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam bagi rakyat Indonesia dan seluruh manusia.

Namun, PII sebagai organisasi yang mengemban misi membentuk kader yang siap duduk di berbagai posisi strategis di struktur bangsa ini, tetap akan bersikap independen dan netral terhadap prosesi politik yang berjalan. PII akan tetap konsisten untuk mengandung dan melahirkan putra-putri terbaik untuk terjun di segala lini kehidupan. Selamat Hari Bangkit ke-58 PII.

Taufiqur Rahman
Kadid DPMP PW PII Kalsel
Jl PHM Noor Gg Manggis RT 06/II Barabai

Selengkapnya......
 
@Copyright © 2007 `Anu Sok Ngoprek` PKPII Design by Boelldzh
sported by PKPII (Paguyuban Kader Pelajar Islam Indonesia) Bandung Raya
email; ekspiibdg[ET]gmail[DOT]com