Monday, July 2, 2007

Harba PII (2)

PELAJAR ISLAM INDONESIA SEBAGAI ASET KEKAYAAN BANGSA INDONESIA
oleh Syahrial Faza


Hari ini Organisasi PII (pelajar Islam Indonesia) telah genap berusia 60 tahun. Sebuah usia dimana sesorang sudah memasuki kehidupan masa lanjut dan sudah selayaknya memasuki masa-masa penuh istirahat, berkumpul dengan keluarga atau dengan orang-orang yang disayangi. Namun, keadaan diatas itu hanya berlaku bagi kebanyakan manusia yang telah memasuki masa pensiun dari aktivitas kerja maupu dengan segala kepenatan hidup. Sedangkan bagi sebuah organisasi dakwah seperti Pelajar Islam Indonesia, usia ”setua” itu justru dituntut lebih banyak dituntut berperan lebih aktif lagi baik di semua lini kehidupan masyarakat. Pengertian aktif disini adalah sebuah proses maksimalisasi kontribusi komitmen keislaman dan keindonesiaan mulai dari lingkup kepengurusan terkecil misalnya struktur komisariat sampai di tingkat nasional dengan struktur Pengurus Besar nya.

Proses maksimalisasi keaktifan PII seperti di atas kemudian diterjemahkan lagi ke dalam kegiatan-kegiatan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Karena gerakan organisasi jika ingin diterima masyarakat harus bisa dirasakan menyentuh segala aspek kehidupan masyarakat di semua lingkungan. Masyarakat akan menerima baik PII jika PII memberikan sumbangsih di lingkungan tempat PII berada. Seperti program KPP (Komite Peduli Pelajar) PII di Yogyakarta dan Klaten beberapa waktu lalu ketika Yogyakarta dan Klaten di guncang gempa. Program KPP PII yang memfokuskan pada bidang pendidikan pelajar yang tertinggal di daerah yang terhenti aktivitas pendidikannya. Dengan memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk para pelajar, PII benar-benar di terima di sana dengan baik.

Namun terkadang dilingkungan sekitar kita banyak sekali dinamika pergerakan masyarakat khususnya pelajar yang tidak sesuai dengan visi dan misi PII seperti banyak perilaku para pelajar yang tidak sesuai dengan mentalitas bangsa Indonesia yang selalu mengutamakan nilai-nilai agama dan menjunjung budaya adiluhung. Sudah sering kita temui beberapa masalah -masalah sosial yang menimpa para pelajar. Diantaranya adalah perilaku kriminal seperti tawuran, mengkonsumsi minuman keras maupun narkoba yang nantinya berakibat pada aksi-aksi kriminal lain. Masalah moralitas juga mengancam para pelajar seperti free sex sampai aborsi.

Melihat kedaaan demikian, kita sebagai bagian dari elemen masayarakat lainnya seharusnya bisa menawarkan sebuah solusi agar para pelajar tersebut terhindar dari beberapa masalah yang telah dsebutkan diatas. Sebenarnya para pelajar tersebut juga membutuhkan tempat untuk menyalurkan berbagai ekspresi yang mereka miliki, karena pada dasarnya saat-saat usia pelajar mereka mulai menapaki masa pubertas atau masa dimana penuh gejolak, ekspresi yang jika tidak tersalurkan dengan baik mereka akan mencari bentuk-bentuk penyaluran ekspresi lain yang tentunya bisa juga menimbulkan efek atau masalah sosial lain.

Sebagai salah satu organisasi pelajar yang berbasis pada nilai-nilai keislaman, dan kepelajaran. Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Jawa Tengah (PW PII Jateng) bisa mengambil peran agar bagaimana para pelajar tersebut bisa terhindar dari perbuatan-perbuatan yang meresahkan masyarakat. Oleh karena itu, PW PII Jateng merasa perlu mengadakan sebuah kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk memfasilitasi para pelajar tersebut agar dapat menyalurkan segala ekspresi yang tentunya berkaitan dengan nilai-nilai keislaman sehingga tersalurkan dengan baik.

Setelah beberapa konsep diatas dilakukan maka langkah selanjutnya adalah merumuskan beberapa strategi yang bisa dijadikan pedoman-pedoman bagi perkembangan PII selanjutnya. Pertama,pengurus diperbanyak pelajar tingkat SLTP maupun SLTA di level PD (Pengurus Daerah), atau PK (pengurus Komisariat) karena dua tingkat kepengurusan diatas yang menjadi motor pergerakan PII di masyarakat. Atau jika terdapat mahasiswa agar lebih intensif lagi dalam hubungannya dengan pelajar. Sebagai contoh misalnya ketua daerah punya temen ketua OSIS di daerahnya, atau brigade punya banyak kawan yang pandai dalam bidang olahraga. Dengan demikian maka tingkat interaksi dan komunikasi antar pelajar dengan pengurus PII akan semakin intensif sehingga setiap kebutuhan dari pelajar akan semakin mudah terserap dengan baik.

Jika sudah demikian maka langkah kedua adalah melakukan pemetaan berbagai kebutuhan pelajar yang menjadi kebutuhan pokok. Langkah pemetaan ini bisa dilakukan dengan memprioritaskan beberapa masalah-masalah pelajar yang terjadi di daerahnya. Tentunya setiap daerah atau tempat terdapat beberapa masalah yang berbeda-beda. Setelah ditemukan berbagai masalah tersebut maka diperlukan komunikasi lanjutan dengan elemen-elemen lain dalam pelajar untuk bersama-sama memecahkan masalah tersebut di lingkungan masing-masing. Langkah kedua ini bisa dilanjutkan dengan mengajak berbagai elemen pelajar lain (IPPNU,IRM, OSIS atau organisasi pelajar lainnya) untuk membentuk forum tersendiri atau aliansi yang kedepannya bisa menjadi pioner perubahan dalam memecahkan beberapa maslaah tadi.

Misalnya, masalah UAN yang sampai sekarang masih menjadi masalah bagi pelajar lainnya. Menurut penulis, banyak pelajar lainnya yang masih takut untuk menyuarakan aspirasi mengenai kelangsungan UAN. Bagi PII, apakah benar itu merupakan masalah atau keinginan pelajar? Pada kenyataannya banyak terjadi pro kontra di masyarakat karena standar nilai yang terlalu tinggi. Hal hal inilah yang seharusnya direspons oleh organisasi pelajar lainnya terlebih bagi PII karena merupakan organisasi pelajar yang benar-benar netral sehingga mudah bagi PII untuk bisa mengakomodasi berbagai kepentingan pelajar lainnya.

Ada perbedaan yang sangat mencolok pada saat pergerakan PII di awal-awal revolusi kemerdekaan Indonesia, masa G/30-S/PKI masa pemberlakuan asas tunggal pancasila untuk semua organisasi di Indonesia. Masa -masa ini yang menyebabkan PII ditekan oleh orde baru. Tapi, pada zaman reformasi sekarang tuntutan PII lebih riil yaitu kontribusi apa PII untuk membantu pelajar. Sekarang PII sudah lama jauh dari pelajar sehingga PII tidak mengetahui kemauan pelajar atau tidak dinamis dengan dunia pelajar. PII harus bisa menjawab persoalaan itu. Sekarang sudah saatnya PII masuk kedalam dunia pelajar menyertai dan menyelami masalah pelajar. PII akan terpublikasikan sendiri jika benar-benar menyelami masalah realitas pelajar.

PII itu adalah kekayaan bagi pelajar Indonesia . ada nilai-nilai penting di PII yang harus selalu dijadikan pegangan yang yaitu , leadership,,jiwa independen, pengembangan sikap militansi,dan sikap kritis berbagai hal. Itulah yang Insya Allah akan membawa pelajar dalam membangun masa depan Indonesia.

Syahrial Faza, Aktivis PW PII Jateng, alumnus FISIP UNDIP

No comments:

 
@Copyright © 2007 `Anu Sok Ngoprek` PKPII Design by Boelldzh
sported by PKPII (Paguyuban Kader Pelajar Islam Indonesia) Bandung Raya
email; ekspiibdg[ET]gmail[DOT]com