Cerpen: 01 Religius…
Ketika Cinta Itu Menggeletuk !
Oleh Ari Suciyanto*
Sadar atau tidak…
Aku sempat membenci Tuhanku…
Ketika ada Cinta yang membakar hatiku!
Tapi justru dari situlah aku mengenal sifat Tuhanku
Yang Maha Baik
Dan?
Baik sekali…
Aduhhhh…kepalaku! Masih terasa “pusing…***” Mungkin karena terlalu keras terbentur teras ruang tamu tadi pagi, saat aku terjatuh pingsan? Tapi untunglah tidak terjadi geger otak, sehingga aku masih bisa ingat! Siapa dia sebenarnya? Wanita cantik yang duduk disampingku…
“Tias…” Masih terlintas jelas dalam benakku, saat pertama kali aku menggodamu, di Halte bus depan Kampus. Dimana saat itu kau benar-benar begitu membenciku, kau lipat wajah ayumu tuju kuncup, karena haram kau lontarkan senyum manismu Untukku! “Huhuiiii…cantiknya, boleh dong! Kita kencan malam ini!” Godaku, memancing amarahmu dan tanpa sadar! PARRRR!!!! Kau tampar pipiku “Eh! Jaga ya mulut lu! Emang gua cewek apa’an! Dasar ngga punya otak! Katamu yang begitu saja berlalu.. ditelan angkot yang melaju.
***
Malam harinya, setelah kejadian itu, aku benar-benar ngga bisa tidur, bukan lantaran karena aku kesal, karena tamparanmu? Tapi karena ada butiran-butiran cinta yang tiba-tiba saja datang menyentuh hati, tanpaku tau sebabnya, setelah siang tadi kau permalukan aku dengan menampar pipiku didepan teman-temanku, di Halte Bus depan Kampus. Oh…cinta kenapa kau datang meremas hati? Kenapa kau tak pernah memberi kesempatan kepadaku untuk memilih, kenapa mesti dia! Kenapa harus dia! Kenapa kok dia! Yang baru saja memberi cap merah dipipiku! Oh…cinta…Ohhh…GU’BRAK!!! BETE ABIS!!!
Esok harinya aku menunggumu, di Halte bus depan Kampus, berharap hati, bisa bertemu denganmu. Tapi!
“Cewek lu, yang mana?”
“Eh! Pura-pura ngga tau lagi!” BUG!!! Satu pukulan mengarah ke perutku.
“Ayo ngaku! Kemarin lu’kan yang godain cewek gue! Ayo ngaku! Punya nyali juga lu rupanya, ngapain lu ngeliatin gue! Mau ngajak berantem! He!!!
BUG!!! Kali ini aku yang memukul karena aku kesal dengan tingkahnya. Dan tak lama kemudian tiga atau empat pukulan mengarah kemuka dan perutku, ditambah
***
Persahabatanku dengan Desi semakin lama semakin mengukuh, semakin kuat dan tangguh yang akhirnya membuatku berfikir untuk mencoba memiliki hatinya, hatinya yang putih, bersih seperti kilauwan awan dilangit biru. Ya seperti awan itu! Awan yang sedang berjalan berlahan-lahan di atasmu, indah bukan! Tapi sayang hatinya yang putih dan bersih itu! Akhirnya harus terluka karena aku, yang begitu amat mencintaimu, meskipun aku sadar bahwa kau telah punya seorang pacar yang tanpan dan kaya, tidak seperti aku?... Yang hanya, seorang anak Tentara berpangkat Sersa kepala. Tapi itulah cintaku yang tidak mau takluk dengan keadaan.
“Tias…” Dulu aku pernah berfikir… untuk memusnakan rasa cinta ini, rasa cinta kepadamu yang pernah mempermalukan aku di Halte bus depan Kampus. Tapi ternyata? Itu Amat sulit bagiku, karena bayangan wajahmu yang ayu dengan lesung pipimu yang manis, kerap sekali hadir menghantuiku dan menggangguku siang dan malam. Hingga akhirnya aku terbangun dalam sadarku bahwa cinta ini dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya cinta ini dikembalikan, karena cinta ini sesungguhnya milik-Nya, milik pencipta langit dan bumi. Sedangkan aku! Hanya seorang manusia biasa yang tak punya kuasa terhadap diriku sendiri.
“Ya Allah yang Maha pengasih dan Maha penyayang, ya Allah yang Maha kuasa atas segala ciptaanNya, ya Allah yang Maha mengetahui hati, ya Allah yang memberikan cinta? Lindungilah aku ya Allah, dari ke fasiqkan ku! Dan selamatkanlah aku dari rasa cinta ini! Karena sesungguhnya aku tak kuasa menerimanya! Ya Allah berikanlah jawaban kepadaku tentang apa yang ku rasakan saat ini!…Amin ya robal allamin” Itulah doaku, setiap aku mengiatmu!
Alhamdullillah…ketika aku banyak berdoa dan berserah diri dihadapanNya, hatiku semakin tenang, bahkan ketenanganku menumbuhkan keberanianku untuk berkunjung ketempat khosmu, hanya untuk sekedar ucapkan kata maaf atas ketidak sopananku di Halte bus depan Kampus, waktu itu! Meskipun cowok kerenmu yang bermobilkan mewah itu! Hampir saja memukulku kembali?
“He! Ngapain lu kesini!” Katanya yang berdiri menantang dihadapanku.
“Sorry mas saya kesini, cuman mau ongmong sama dia!”
“Sudah! Sudah! Romy, biarkan aku saja yang ongmong sama dia” Kau mencoba menenangkan pacarmu dan lalu kau hampiri aku. “Mau ngapain lu kesini!” Ucapmu dengan raup muka yang tidak begitu menyenangkan.
“Gue datang ke sini cuman pengen minta maaf sama lu! Dan seterah lu! Elu mau maafin gue atau ngga, itu hak lu! Itu saja!... Selamat malam!
***
Setelah kejadian itu, hari-hariku semakin menyenangkan, karena aku mencoba untuk tidak perduli lagi dengan perasaanku, bahkan waktu di Halte bus depan Kampus sore itu! Ketika kau mencoba mencuri pandang kearahku, aku cuek aja! Bukan karena aku sombong, tapi memang karena aku tidak ingin lagi berurusan dengan yang namanya…Cinta!!! ( Bete tau ga?!! ) Aku ingin hatiku bebas terbang melintasi luasnya samudra di atas cakrawala-cakrawala jiwaku, meskipun aku terpuruk dalam sadarku bahwa aku masih mencintaimu dan kerap sekali merindukanmu dimalam hari.
“Ya Allah…salahkah aku? Jika aku membunuh perasaanku sendiri, yang kau hadirkan untukku?...”
***
Pukul 21.35 entah kenapa hatiku ingin sekali berada di Halte bus itu? Seperti ada sesuatu yang akan aku temui disana? Dan tak lama kemudian? Aku melihat sedan hitam. Sepertinya? Aku mengenalinya? Ya aku mengenalinya?
“Tias! Tunggu! Tias tolong! Dengarkan aku!”
“Dengarkan apa! Dengarkan mulut busukmu itu! Dasar munafiq!”
“Tias aku minta maaf! Aku hilaf…”
“He Rom! Kamu kira aku ini cewek apa’an! Jangan mentang-mentang kamu anak orang kaya! lalu seenaknya, kamu mempermainkan aku!”
“Tias!!! “
“Pergi Rom! Aku tak ingin lagi melihat mukamu!” Kau terus berjalan menghampiri Halte bus, lalu duduk bersama tangismu, yang tak begitu jauh dariku.
“Tias…maafkan aku?”
“Pergi kamu!!! Pergiiii!!!” Kau dorong pacarmu dan kau usir dia dengan amarahmu, sedangkan aku hanya bisa duduk terdiam tanpa kata dengan mata yang mencoba menghindar dari melihatmu, dan seakan-akan mencoba tak peduli dengan keadaanmu. Sampai akhirnya pacarmu pergi meninggalkanmu…
Aku yang tak kuasa lagi melihat kau menangis, mencoba menghampirimu “Tias…” Sapaku memanggilmu, kau lirik aku sejenak dan lalu kau berdiri, kau stop Taxi, tak lama kemudian? Kau tinggalkan aku, tanpa sedikit kau jawab sapaku. “Ah mungkin kau malu dengan ku?” Pikirku.
Dan semenjak kejadian itu, aku tak pernah lagi bertemu dengan mu, di Halte bus atau di kantin Kampus tempat kau biasa singgah dan bercanda dengan teman-temanmu centilmu…
***
Sebulan telah berlalu, tanpa ku sadari aku melihatmu kembali di depan gerbang Kampus dengan tawa yang begitu manis diantara sapa hangat teman-temanmu yang mungkin telah lama merindukanmu… “Seperti aku!”
Aku begitu senang saat melihatmu tertawa, karena aku, dapat merasakan betapa kau begitu bahagianya saat itu, dengan senyum ayumu yang tergores indah karena lesung pipimu…
Langkahku berdetak berlahat-lahan melewatimu. Dan??? Kau melirik kearahku!!! Membuat langkahku semakin kaku!!! “Ah…” Untunglah temanku menyapaku! Dan menghampiriku, kalau tidak?…Huuu…mungkin??? Aku akan berhenti sejenak, menenangkan debar hati dan melemaskan urat kaki…
“Hai! Wan! Kenapa lu? Gua panggil diam aja?” Sapa temanku.
“Ngga pa-pa! gua lagi ngga enak badan aja” Alasanku mencoba menutupi.
“Gua kirain lu! Kesambet! Abis gua lihat lu’ tadi kaya orang bingung?”
***
Dalam kelas, aku coba menulis puisi untukmu dan lalu ku kirim kepadamu lewat teman sekelasmu, “Santi!” Yang kebetulan teman lamaku waktu di SMA. Tapi! Sayang puisi itu! Tak sampai ketanganmu karena Santi salah mengasikannya, keorang lain. “Ya sudahlah, mungkin lain kali, aku harus lebih jelas lagi memberikan informasi agar puisiku tak salah arah.” Dan untuk meninggalkan jejak, aku langsung lari menuruni anak tangga karena aku takut, kau dan teman-temanmu melihatku yang baru saja sembunyi dibalik pintu kelasmu.
***
Hari-hariku semakin tak menentu, karena aku selalu memikirkanmu dan merindukanmu di tambah lagi niat ke dua orang tuaku yang ingin pindah rumah ke
“Ya Allah apa arti rasa cinta ini bagiku?... Ya Allah berikanlah aku petunjuk! Dengan seindah-indahnya nama-Mu…”
***
Dua tahun kemudian, setelah aku jadi Sarjana Ekonomi, aku mencoba mencari kerja di
Allhamdulillah… setelah enam bulan aku di
“Santi!...” Sapaku.
Tak lama kemudian ia terdiam sejenak dan mencoba mengingat-ingat, siapa aku???...Dan tak lama kemudian?... “Iwan!” Sahutnya.
“Iya ini aku! Iwan! Ingatkan! ”
“Iya aku ingat! Kemana aja kamu! Ngga pernah kelihatan?”
“Aku pindah ke
“Di senayan? Berati dekat dong denganku…”
“Oh ya?”
Tak lama kemudian, Santi menceritakan tentang keadaanmu dan ia-pun mengajaku ke tempat kerjamu yang ternyata tak begitu jauh dari tempat aku bekerja. Wahhh…bertapa senangnya aku, mendengar ajakannya itu. Tapi?... saat aku sampai disana? Kau telah pulang ke
“Aku adalah milikmu ya’ Allah… seterah Kau yang Allah… mau Kau apakan aku! Aku tak akan melawan-Mu! Karena aku sadar, aku tak akan mampu melawan-Mu! Karena kau maha kuasa atas segalanya. Tapi salahkan bila aku saat ini! Aku meminta kepada-Mu! Untuk Kau buktikan kepadaku, tentang arti kasih sayang-Mu! Ya Allah aku selalu berdoa kepada-Mu! Agar Kau hapuskan rasa cinta ini! Tapi mana? Ya Allah… Kau tak pernah kabulkan doaku! Bahkan cinta itu! Semakin tumbuh dan menyiksaku. Saat aku berikhtiar untuk meraih cinta itu! Kau malah menghancurkan harapanku, dimana ya Allah kasih sayang-Mu?Yang sering Kau katakan dalam ayat-ayat suci-Mu. Maafkan aku ya Allah jika saat ini! Aku katakan bahwa aku kecewa pada-Mu!” Itulah ucapanku di depan pintu Mesjid, saat hatiku benar-benar hancur berkeping-keping tanpa sisa...
***
Sehari kemudian? Aku dapat kabar dari kedua orang tuaku di
Cinta adalah sarana untuk mengenal adanya kekuatan di luar batas kemampuan manusia, sedangkan jodoh adalah bukti adanya kekuatan itu! Yaitu Allah SWT.
No comments:
Post a Comment