Wednesday, February 28, 2007

Tafsir Cinta (1)

TAFSIR-TAFSIR RINDU DI PERSIMPANGAN JALAN ENTAH (edisi Revisi)

Oleh JS Kantara*

Untuk;______

Tuhan kecil.

Yang kuimani dalam persimpangan jalan

Dengan keangkuhan-nya, kuanggap sebuah cobaan pada peradaban rinduku

Dalam coret hitam sejarah hati yang busuk karena mengendap, dalam tongsampah penantian.

Rindu Disimpang Jalan Entah satu

Sejarah hati, aku ukir kembali pada nisan jantung berdebar, bergetar satu sapa senyum, kutafsir pesan samar tak dapat kupahat, palung jiwa retak hamparan dada merapuh keluh musim yang menggarang gersang dilidah pantai disisi gurun beramuk badai dipojok batu, sipengembala murung digulung bingung disudut garis penuh luka nyeri sampai tangis menjarah batin, tersentuh air mata ini tak terendap lagi, namun hati coba mengarifi agar asa tak menerjang jingga dalam lukisan jiwa keremangan, kata tulus kutulis dekat diatas tebing dibatu cadas, disudut penjuru mengaduk nyeri penuh aduh, disini sendiri bernyanyi sepi, sunyi, berdendang hening, malam di iringi tarian dedaunan yang dibungkus embun melengkapi pesta dipersimpangan jalan, entah, jejak-jejak sejarah hati yang kini semakin luka, kemana lagi berjalan aku kini, dipersimpangan jalan hanya digauli, entah.

Apa yang harus kutulis hari ini, pagi yang cerah meludahi aku dengan bayang-bayang semu, sembilu dalam debu berhamburan, seakan dijamah resah mengajak angin untuk bersahabat bersama kebebasan-nya, apa yang kupikir saat detik menjengkal risau, menyambuk, mendera, tentang waktu yang biasa dikenang atau dilupakan dalam angkuh dipergantian musim kerindun.

Doa, hanyalah menjadi tumpukan sampah, dan harapan seperti sejarah hitam yang bersaing dengan irama waktu yang bernada abadi, seperti ucap yang harus dipaksa menjadi prilaku, namun perasaan seakan harus menekan jingga memaksa pada sore, meyakinkan senja, pada magrib yang harus melempar kelam pada sudut hidup semu.

Suatu ayat ku-ungkap dianggap sepi, kutulis malam pada keretas senja seperti puisi, kubaca kuakrabi dengan jiwa dan mata hati yang sering menilai dengan keinginan sendiri, tapi sebuah jawab, harus belajar mengarifi realitas yang ada, seperti dedaunan kering kemuning, jatuh berguguran terlempar, terkapar, membusuk lelah ditengah rengatnya jalan aspal hitam memudar, terselip luka.

Hanya senyum, semoga kecewa cepat berlalu ditelan waktu walau tak tentu, mungkin hanya segumpal diam yang dapat mengendapkan semua rasa, seperti karang yang tetap teguh memaku menahan gelombang pasang.

Bandung 23-11-2006

No comments:

 
@Copyright © 2007 `Anu Sok Ngoprek` PKPII Design by Boelldzh
sported by PKPII (Paguyuban Kader Pelajar Islam Indonesia) Bandung Raya
email; ekspiibdg[ET]gmail[DOT]com