Wednesday, February 28, 2007

Tafsir Cinta (6)

Bukakan Jendela Entah Pada Jalan Ke-6

Setiap wahyu yang diberikan tuhan pada para nabi. harus diterima penuh dengan kesungguhan iman yang kokoh, benih cinta dan perjuangan panjang. Tentang sejengkal kisah peradaban, tapi kita harus yakin akan datang tangisan-tangisan baru anak kecil, seperti para pujangga yang sering kali diacuhkan pada cerita-cerita cinta dalam sebuah novel-novel, dan kini kata-katanya menjadi kalimat-kalimat abadi, bersahabat akrab dengan para pencinta, tapi, mereka yang iri, memberikan sebuah gelar pada kata yang ditulis dari kejauhan jiwanya, gelar itu, picisan atau murahan, terlalu gombal dan kotor untuk didengar disimpan dalam kejauhan hati.
Tapi walau demikian kitab-kitab waktu mencatatnya, mereka hidup abadi pada setiap orang-orang yang membaca karya-nya.

Demikianlah buku-buku harapan memberitauku sehingga cemas, dan jari-jari menulis cepat perasaan yang dibakar api cinta menjadi arang ketulusan kejujuran yang diabaikan

Aku ingin abadi dengan cinta ini, dan huruf-hiruf kususun berbuah kata, menjadi simbol apa yang ada didekat hati, walau, terkadang satu dari kalimat-kalimat atau paragrap itu, ada yang kelewat satu atau dua huruf yang bisa membuat pusing pembaca-nya, ya, memang seperti itu, seperti aku yang cemas, menunggu cinta dan ketulusanmu.

Tapi kuanggap semua yang kurasa adalah pembelajaran dan proses perjuangan dalam meyakinkanmu, dan kini aku kembali merangkak dari awal lagi, seperti anak SD yang belajar membaca, menulis, mendengarkan,dan menghapal, mengingat, apa yang telah didengar dari sang guru.

Aku, yang terus-menerus belajar tentang cinta, dan sekarang aku belajar mencintaimu dan maukah kau belajar mencintai aku juga.

Entah Sebelas

Pada dirinya yang kubayang, kuharap, kau ramah pada doa-doa, dan mendekap dalam, dengan untaian rantai cinta
Semua kata tulus, untuk Kau, Penguasa hening sekujur resahku
Kuharap, kau maha mengerti. Lagi maha penyayang
Kau, penguasa timbangan, amal dan dosa, ya, atau tidak
kau kini yang kusembah, dan kepada kau aku benar-benar memohon cinta
Berikanlah aku harapan yang rurus
Yaitu, harapan-harapan yang telah engkau anugerahkan dengan tulusnya cinta pada mereka yang kau sayangi

Entah Duabelas
Dirimu.
Kau, tuhan kecilku
Kitab-kitab cinta ini, tak ada keraguan bagiku , dan jangan kau ragukan.
Dirimu; petunjuk bagiku. Aku yang mengimanimu.

BERSAMBUNG
Bandung 20-12-2006
(JS Kantara)

*Penulis adalah Kepala Suku PK-PII Bandung Raya dan sedang kuliah di Jurusan Menegemen Keuangan Syari'ah (MKS) Fakultas Syari'ah UIN (Universitas Islam Negeri) SGD (Sunan Gunung Djati) Bandung.

No comments:

 
@Copyright © 2007 `Anu Sok Ngoprek` PKPII Design by Boelldzh
sported by PKPII (Paguyuban Kader Pelajar Islam Indonesia) Bandung Raya
email; ekspiibdg[ET]gmail[DOT]com