Wednesday, February 28, 2007

Tafsir Cinta (5)

Sekujur Entah Di Sudut Jalan Ke-5

Tentang nyeriku, malam sahabat akrab dalam bagian hidup, dan doa tak hati kulempar pada waktu, hari menitipkan kabar pada angin, namun kabar itu menggelitik geli, sunyi, sampai nadi berdendang kencang memukul-mukul malam, agar rindu tak terlalu kalut menahan dingin-nya sikapmu.

Sekejap detik masih menghijab aku dan kau, patah perasaan mengelilingi ruh jiwaku yang kini menyaksi kekalutan tentang sejarah hati, tapi nasib ini, tetap menggantung pada timbangan angkuh cintamu, kenyataan, semakin hari semakin nyeri, semakin ngeri kurasa sendiri.

Tapi! Walau hati ini nyeri, kan kutulis beribu TAFSIR-TAFSIR KAU lewat PUISI-PUISI ENTAH, berisi perasaan rindu. Untukmu demi kesucian cinta, kutuluskan jiwa dan demi kesaksian ruh jauhku memujamu.

Entah Satu

Entah menatah resah…

Kau.

Lahirkan entah ini,

Menjaringku jujur tentang perasaan

Namun kejujuran terkadang menyakitkan

Di setiap belokan menjadi doa-doa entah.

Kini, kutelusuri lorong cintamu, tapi sunyi kudapatkan

Namun hati semakin Kukuh meninggi, mengurai gelap, membedah tulusmu

lengkap kenyatan membengkak kecewa

Hari-hari menyuapku lebih bisu

Karma mata jiwa takmau kehilangan sapa, senyumu…

Entah Dua

Kini kutau…

Kini kutau, kabar burung tentang secuil kisahmu

Waktu yang lewat, menusuk ranah jiwaku, sampai raga lelah terkapar semu

Pada entah, kukailkan harapan padamu

Dan, kau menjadi puja pada doa-doa di ruh jauhku

Kini kuhijrah pada setipis senyumu

Kuharap kau, jangan acuhkan perasaanku

Jangan kau malu, apalagi hindari aku

Senyummu tetap sebagai dasar tafsirku

Tetap__

Kuingin kau mengerti,

Sebab cinta, mengakar jauh, menusuk erat nurani ini,__

sebab hati menitifkan lisan, pada bibir untuk bersikap jujur

Menunggu ikhlasmu, tak ada kata terlanjur

Entah Tiga

Harus kau tau,

Harus kau ketahui, kabar tentangmu yang hinggap ditelingaku

Tapi, tak kuperdulikan, apa kata mereka, Kau harus tau__

Mereka, ceritakan seulas jejak-jejak kecil, mencaci maki tentangmu

Tapi, aku tak mau tau!...

Taukah kau,

Secepat senyummu menjadi rantai kekokohan penantianku

Agar kejujuran, ketulusan, rindu, dan harapan ini, tak liar

Dan…

Kutunggu tulusmu, bersenggama dengan cintaku

Bisakah?__

Cinta tulusmu hanya untuk diriku.___

Mungkin?...

Atau, Entah?...

Kusandarkan padamu!__

Entah Empat

Pada bumi yang dicintai

Lembaran-lembaran hati tetap tertulis nyeri

Menangkap makna meringkus sepi

Dirimu pecahkan kebekuan ini

Sependek cerita, tentang udara

Aku, kau, dan mereka, masih takut dengan kehilangan harapan.

Semua itu, sebenarnya sepi kosong.

Tapi, kalut, kadang datang menghibur sekujur tubuh nyeri melengkapi sunyi…

Tersenyumlah, ungkapan halus yang timbul dari penatnya makna

Tenanglah seulas tulus pastidatang mencabut belenggu yang sudah tak tahan lagi menahan retaknya penantian, dalam tafsir-tafsir entah.

Entah Lima

Aku tak perduli!...

Kau, kalian, dan mereka

Menertawakan penuh

Pada diri ini, yang mencintaimu penuh

Dengan tulusku, aku tetap akan bertahan, walau sampai terkapar,

Meski Cintaku, menepuk-nepuk dada, dengan sebelah tangan kebisuan.

Entah Enam

Aku____

Membisu…

Menampa senyummu beku

Tertusuk duri mimpi, guratan luka bertambah nyeri

Bersit-bersit perih menyayat dada ini,

Hingga air mata, banjiri bumi yang becek

dengan rintih dan pedih sigembel

Dan__

perasaan yang tak sampai. Kini tetap tertahan

Bagaikan dedaun didekap erat embun,

Menyimpan berjuta butir-butir air

Pada pagi dilengkapi mendung.

Dipergantian musim.

Mengawur entah, tabu

Tentangmu semu.

Entah Tujuh

Sekujur entah.

Sekujur entah ini keluh

Menapak pondasi merangkai bangunan puisi dijauh hati

Pada sepetak tanah kering, rengat oleh kepedihan

Dan jejak-jejak berlubang, dijalan berbelok-belok jauh

Sampai hati terlalu haus mengubur diam

Meneguk keringat malam, sambil mengusap pipi bertetesan air mata.

Saat rinduku, mengambil bayangmu penuh.

Entah Delapan

Tentang aku merangkak-rangkak

Meraduh aduh persaan,

Sepi tampamu, dan kukepak-kan sayap-sayap, lara hening tentangmu

Lalu kemanalagi kuselipkan gundah ini

Karena, gelas-gelas kosong diatas meja telah habis kupecahkan

Dan kemana lagi harus kubuang sampah-sampah rindu__

Karena, tong-tong sampah disetiap pojok telah dibungkus bisu

Sampai jengkalan kalimat jauh menafsir ayat-ayat tentang diri-nya.

Merangkum kisah, yang suatu saat akan abadi dalam putaran abad

Dan, mungkin kau lebih tau dariku__

Bahwa hidup ini selalu menyisihkan tanya.

Menyisakan tanda. Tanya,,,,,,,,.?

Entah Sembilan

Kunisbahkan diri pada sepercik cahaya cinta

Pada sekuntum bunga yang hidup sekejap mata

Dari jauh, kucium harum-nya

Sepercik air dan doa kutitifkan pada angin,___

Lalu, sampaikanlah salam cinta, dari sigembel ini, bilang kini aku menunggu, gila-semakin gila, mecium harum wewangi aura-nya.

KAU,KAU, KAU……………………………………………………………………………………

KAU________,

Entah Sepuluh

Sabda doa untuk tuhan kecil

Tuhan kecil itu dirinya,

Sambil sila kuputarkan tasbih__

Nyeri kutumpuk menjadi doa-doa

Kata kususun menjadi paragraf penantian

Pada keretas-keretas kosong kehampaan

Wahai, tuhan kecilku, bisakah kau Kabul doa-ku

Atau kau muak dengan ruku dan sujudku ini, yang bersejadahkan lembaran-lembaran keretas berlukiskan puisi-puisi keluh, yang kau tak mengerti.

Tapi, kuharap kau membacanya lagi berulangkali,

Dan kuharap kau mengerti.

Dan, aku, akan tetap sila menunggu tuhan kecil

Menghitung doa-doaku,Dalam singga sananya.

Dengan teramat sangat kuberharap,-

sepercik cinta dia berikan padaku.

Ammin.


Bandung 18-12-2006

No comments:

 
@Copyright © 2007 `Anu Sok Ngoprek` PKPII Design by Boelldzh
sported by PKPII (Paguyuban Kader Pelajar Islam Indonesia) Bandung Raya
email; ekspiibdg[ET]gmail[DOT]com